Laporan Praktikum DPT Edafik
LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
PENGENALAN
PENGENDALIAN MELALUI PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK
Oleh:
CITRA
WULAN SUCI
125040207111012
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanah yang baik adalah tanah yang
memiliki drainase baik, dapat menyerap hujan, mampu menyimpan air selama musim
kering, mempunyai bongkahan tanpa lapisan cadas, tahan terhadap erosi, dapat
menunjang kehidupan jasad penghuni tanah, tidak membutuhkan banyak pupuk untuk
berproduksi tinggi, subur dan dapat memproduksi hasil tanaman yang tinggi dan
sehat.
Dan salah satu upaya agar tanah
dapat memenuhi kriteria tersebut dapat dilakukan dengan mengelola lahan secara
praktis yaitu dengan mengoptimalkan proses seperti yang dijumpai pada tanah
alami. Kriteria tersebut menggambarkan bahwa tanah harus berfungsi secara
efektif dan berlanjut untuk berproduksi jangka panjang atau berkelanjutan.
Tanah dengan kandungan bahan organik
tinggi akan membentuk sturktur komunitas yang sangat kompleks sehingga
keragaman biota tanah akan tinggi. Semakin tinggi keragaman biota dalam tanah
akan menyebabkan keseimbangan ekosistem baik di atas tanah maupun di dalam
tanah. Keseimbangan ekosistem ini akan menghindari kemungkinan outbreaknya
suatu hama maupun patogen tanaman.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui ciri indikator tanah yang sehat meliputi faktor fisika, kimia dan biologi
- Untuk mengetahui bagaimana pengendalian OPT melalui faktor edafik
- Mengetahui keragaman serangga tanah pada tanah yang mendapat input bahan organik tinggi dan tanah konvensional yang sering mendapat input bahan kimia sintetik ( pestisida dan pupuk kimiawi sintetik)
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciri Indikator Tanah yang Sehat
meliputi Fisik, Biologi dan Kimia
- Berdasarkan Sifat Fisika Tanah
Dalam menilai kesuburan suatu tanah
maka sifat fisika tanah mempunyai peranan yang penting disamping sifat kimia.
Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah,
warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini
bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah ini
strukturnya menjadi baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan
tanaman secara optimal
(
Sarief, 1979 )
Struktur tanah merupakan
susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat
tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka
dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped,
sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah
yang sudah terbentuk akibat penggarapan
tanah disebut clod.
Tanah mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan tekstur tanah, tanah pasir biasanya tak lekat,
tak liat serta tak lepas. Akan tetapi tanah lempung berat berkonsistensi
sangat lekat, sangat liat, sangat teguh dan keras. Analisis konsistensi dapat
dilakukan dengan meletakkan tanah diatas ibu jari dan telunjuk dalam
genggaman tangan tergantung dari kelengasan tanah. Khusus tanah yang
dalam keadaan basah ini dapat diamati dengan kelekatan dan kekenyalan berbeda
dengan tanah kering
(
Darmawijaya, 1990 )
- Berdasarkan sifat Biologi
Tanah dihuni oleh bermacam-macam
mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang
terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai
jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung
jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian
mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah
Jumlah total mikroorganisme yang
terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility
indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung
sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai
makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai,
ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah .
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah .
(Anas,
1989)
Jumlah Fungi Tanah. Fungi berperan
dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka
menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi
dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur
mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka
dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi
Jumlah Pelarut Pospat, Bakteri
pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang
jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim
Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun
sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi
bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah
bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung
dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas.
Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram
tanah kering dan berubah dengan musim
(Soepardi,
1983)
Total Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan
cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata
jumlah mikroorganisrne
(Anas
1989)
- Berdasarkan sifat Kimia
Sejumlah proses tanah dipengaruhi
oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi
oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa
dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak
langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan
hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai
pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi.
Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan
kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH
dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5.
(
Kuswandi, 1993 ).
Ion H+ dalam tanah dapat
berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan
kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama
menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan
garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+
dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran .
Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang sekunder setelah tumbuhan. Mereka
akan menggunakan bahan ini atau bahan organik sebagai sumber energi. Bentuk
kehidupan tertentu terutama cacing tanah, sentripoda atau semut memainkan
peranan penting dalam pemindahan sisa tanaman dari permukaan ke dalam tanah
(
Soepardi, 1983 ).
Bahan kapur pertanian ada tiga
macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau
MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau
CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100 % melewati
saringan 20 mesh dan 50 % melewati saringan80 – 100 mesh. Pemberian kapur dapat
menaikkan kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al dan kejenuhan
Al, juga memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang
menyebabkan sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman ( padi,
jagung, kedelai )
(
Bailey, 1986 )
Penentuan PH tanah dapat ditentukan
secara kalorimetrik dan elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan.
Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan
kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH,
pasta PH dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah
tetapi peka terhadap pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan
membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standart dari kertas,
pasta dan larutan indikator universal
(
Darmawijaya, 1990 )
Perilaku kimia tanah dapat
ditafsirkan sebagai keseluruhan reaksi fotokimia dan kimia yang
berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah
insitu. Faktor kelajuan semua reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah
berentangan sangat lebar, antara yang sangat singkat berhitungan menit ( reaksi
serapan tertentu ) dan yang luar biasa berhitung abad ( reaksi yang berkaitan
dengan pembentukan tanah ). Reaksi-reaksi tanah diimbas oleh tindakan faktor
lingkungan tertentu
(
Notohadiprawiro,1998 )
2.2 Pengendalian OPT melalui Faktor
Edafik
Pengendalian OPT melalui faktor
edafik contonya adalah pengolahan tanah dengan bahan organik. Pengolahan tanah
ini ditujukan pada OPT atau hama yang dalam siklus hidup mempunyai fase di
dalam tanah. Dengan pengolahan tanah sangat mempengaruhi populasi organisme
yang ada di dalam tanah, dan juga dengan pengolahan tanah yang baik akan juga
dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman yang ada di dalam tanah,
karena pengolahan tanah yang baik akan menimbulkan keseimbangan lingkungan.
Selain itu tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan membentuk struktur
komunitas yang sangat komplek sehingga keragaman biota tanah akan sangat
tinggi. Maka dari itu semakin tinggi keragaman biota dalam tanah akan
menyebabkan keseimbangan ekosistem baik diatas tanah maupun di dalam tanah itu
sendiri. Dan keseimbangan inilah yang akan menyebabkan atau memungkinkan untuk
menghindari berkembangnya Organisme Pengganggu Tanaman.
(Anonymous
a, 2011)
BAB
III METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan ( Dari
Pengambilan Sampel Tanah hingga Identifikasi Spesimen)
Alat:
- Corong Berlese : untuk menyaring tanah agar mikroorganisme dapat jatuh ke bawah
- Mikroskop binokuler : untuk mengamati serangga yang kecil
- Buku Identifikasi : untuk mengidentifikasi spesimen
- Cetok : untuk mengambil sampel tanah
- Kantung Plastik Hitam: sebagai wadah sampel tanah
- Lampu : untuk memberi kondisi yang panas
Bahan:
- Sampel Tanah : yang diperlakukan secara organik dan konvensional
- Detergen : untuk menjebak serangga
- Air : untuk melarutkan detergen
3.2 Cara Kerja ( Dari
Pengambilan Sampel Tanah hingga Identifikasi Spesimen)
Cara kerja pengambilan sampel tanah
Siapkan
alat dan bahan
Ambil
sejumlah material tanah( kedalaman 10 cm dari permukaan tanah dengan mengambil
juga seresah yang ada di atas permukaan tanah)
Gunakan
cetok untuk mengambil material tanah
Masukkan
ke dalam kantong plastik hitam
Cara kerja di laboratorium
Siapkan
alat dan bahan
Buang
tanah pada saringan ( bila ada)
Buat
larutan sabun ( seperti pitfall, jangan sampai terlalu berbusa)
Taruh
pitfall di bawah corong berlese
Taruh
sampel tanah pada saringan
Nyalakan
lampu
Biarkan
24 jam
Amati
Cara Kerja Identifikasi Spesimen
Amati
Spesimen Kasat
mata(makro)
spesimen tidak kasat mata ( mikro)
Ambil dan
tiriskan
Ambil larutan dan letakkan pada cawan petri
Letakkan pada cawan
petri
Amati dengan mikroskop binokuler
Dokumentasi
Dokumentasi
Identifikasi ( KDS/ internet
)
Identifikasi
3.3 Analisa Perlakuan
Analisa Perlakuan Pengambilan Sampel
Tanah
Pada praktikum pengenalan dan
pengendalian melalui pengelolaan faktor edafik pada langkah pertama yaitu
menyiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel tanah yang dibutuhkan. Untuk
langkah selanjutnya, ambil sejumlah material tanah setelah kedalaman 10 cm di
atas permukaan tanah dan seresah. Tujuannya untuk mengetahui pada tanah yang
dikelola secara organik dan sejumlah material tanah pada tanah yang dikelola
secara konvensional. Kemudian tanah yang sudah diambil dimasukkan ke dalam
kantung plastik hitam, dengan tujuan agar spesimen tetap terjaga suhunya atau
tidak tembus cahaya.
Analisa Perlakuan Laboratorium
Langkah pertama yang dilakukan di
laboratorium yaitu menyiapkan alat dan bahan, kemudian membuang tanah pada
saringan selanjutnya membuat larutan sabun sejenis pitfall yang digunakan untuk
menjebak serangga. Pitfall tersebut ditaruh di bawah corong berlese agar
serangga dapat jatuh, kemudian letakkan sapel tanah pada saringan. Langkah
berikutnya nyalakan lampu yang bertujuan untuk memberi kondisi yang panas
karena semakin panas kondisinya maka serangga akan semakin jatuh ke bawah.
Setelah itu biarkan selama 24 jam dan amati hasilnya.
Analisa Perlakuan Spesimen
Untuk spesimen kasat mata (makro),
ambil spesimen tersebut dan tiriskan, dan letakkan pada cawan petri agar mudah
untuk di dokumentasi dan di identifikasi dengan menggunakan buku KDS atau Kunci
Determinasi Serangga. Sedangkan untuk spesimen tidak kasat mata ( mikro ) yaitu
mengambil larutan dan meletakkan pada cawan petri, setelah itu amati dengan
mikroskop binokuler agar mudah untuk diidentifikasi dan di dokumentasi
hasilnya.
BAB
IV HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dokumentasi
4.2 Hasil Identifikasi Spesimen yang
Ditemukan (Klasifikasi : Kingdom sampai spesies)
Tanah sistem pertanian organik pada
tanah makro
- Cacing Tanah ada 1
Klasifikasi Cacing Tanah
Kerajaan: Animalia
Filum: Annelida
Kelas:Clitellata
Ordo: Haplotaxida
Famili: Acanthodrilidae
(Anonymous
b, 2011)
- Semut ada 9 yang nampak
Klasifikasi semut
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Familia : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Familia : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis
(Anonymous
b, 2011)
Spesimen Y
Klasifikasi Spesimen Y
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Ordo: Diptera
SubOrdo: Nematocera
Infraorder: Bibionomorpha
Superfamili: Scianiodea
Family: Mycetophilidae
(Anonymous
b, 2011)
Spesimen X
Klasifikasi Spesimen X
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class:Insecta
Ordo:Neuroptera
Subordo: Hemerobiiformia
Seperfamily: Chrysopoidae
Family: Chrysopidae
(Anonymous
b, 2011)
Tanah sistem pertanian organik pada
tanah mikro tidak ada spesimennya
4.3 Peranan Spesimen yang ditemukan
dalam ekosistem
- Cacing Tanah
Cacing tanah dalam ekosistem
berperan sangat penting, terutama dalam bidang pertanian. Cacing tanah dapat
menggemburkan tanah dan membolak-balik tanah agar tanah dapat terjaga
keseimbangannya dalam lingkungan. Dengan begitu tanaman yang di tanam dengan
kondisi banyak terdapat cacing tanah, maka tanaman tersebut akan dapat tumbuh
subur karena cacing tanah dapat mengolah unsur hara yang terkandung dalam tanah
tersebut.
- Semut
Peranan semut dalam ekosistem adalah
salah satunya adalah sebagai predator ( ditinjau dalam bidang pertanian),
sebagi predator ini artinya dia memakan serangga lain sehingga dapat terjadi
keseimbangan lingkungan terutama pada tanaman monokultur, di mana ada hama dan
ada semut yang berperan juga sebagai predator terhadap adanya hama pada tanaman
tersebut.
- Spesimen X dan Y
Dalam ekosistem peranan spesimen X
dan Y belum diketahui secara mendetail, karena kami memperoleh datanya dari
kelompok lain, sehingga kami belum mengetahui pasti apa peranan spesimen
tersebut bagi ekosistem. Tetapi menurut data dari kelompok lain spesimen X
adalah sebagai predator yaitu memangsa binatang lain.
4.4 Pembahasan ( Kaitkan spesimen
yang ditemukan dengan kondisi tanah yang di bawah)
Dalam praktikum yang telah dilakukan
dalam praktikum, pada tanah mikro dalam pertanian organik, ditemukan spesimen
yaitu cacing dan semut. Apabila spesimen tersebut dikaitkan dengan kondisi
tanah yang ada di bawah, yaitu yang pertama pada cacing, apabila yang ditemukan
pada tanah tersebut hanya terdapat satu cacing tanah, disini dapat disimpulkan
bahwa kondisi tanah tidak terlalu subur. Karena cacing tanah sangat berperan
penting dalam proses kesuburan tanah.
Selain jumlah cacing tanah yang
sedikit, jumlah semut yang banyak yaitu yang ditemukan pada pengamatan ada 9
semut yang nampak, juga menunjukkan bahwa kondisi tanah mungkin sedikit liat
berpasir karena semut menyukai pada kondisi tanah yang seperti itu, dan
sedangkan cacing tanah hanya dapat hidup pada tanah liat
karena Phnya sesuai dengan kondisi
cacing tanah tersebut. Apabila tanahnya memiliki tekstur liat berpasir maka
Phnya sudah tidak sesuai dengan cacing tanah, dan itu ditunjukkan dengan jumlah
cacing tanah yang sedikit yaitu ada satu dan jumlah semut yang banyak yaitu ada
9 semut yang nampak.
BAB
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanah yang baik adalah tanah yang
memiliki drainase baik, dapat menyerap hujan, mampu menyimpan air selama musim
kering, mempunyai bongkahan tanpa lapisan cadas, tahan terhadap erosi, dapat
menunjang kehidupan jasad penghuni tanah, tidak membutuhkan banyak pupuk untuk
berproduksi tinggi, subur dan dapat memproduksi hasil tanaman yang tinggi dan
sehat.
Tanah memiliki ciri indikator yang
sehat yang meliputi sifat fisik, biologi dan kimia. Apabila dari sifat fisika
tanah dilihat dari struktur, tekstur tanah, dan lain-lain. Sedangkan sifat
biologi, dapat dilihat dari mikroorganisme yang terkandung dalam tanah
tersebut, kemudian apabila dilihat dari sifat kimia, yaitu kandungan dari bahan
organik tanah yaitu Ca,N,P dan K, dan masih banyak lagi.
Dari hasil praktikum yang dilakukan,
didapatkan hasil yaitu pada tanah pertanian organik pada tanah makro
terdapat 1 cacing dan 9 semut yang nampak, sedangkan pada tanah mikro
tidak ada spesimen yang ditemukan. Cacing mempunyai peranan penting dalam
proses kesuburan tanaman, sedangkan semut peranan yang paling penting dalam
ekosistem adalah sebagai predator yang menyerang hama.
Dan dapat dibuktikan bahwa dengan
ditemukan spesimen yaitu satu cacing tanah dan 9 semut, maka kondisi tanah
tidak terlalu subur, karena cacing tanah sangat berperan penting dalam proses
kesuburan tanah dan semut lebih menyukai habitat yang kering.
5.2 Saran
Asisten
: Sebenarnya semua sudah baik, mulai dari penjelasan dan interaksi dengan
praktikan tetapi akan lebih baik lagi apabila materi yang diberikan dalam
cakupan yang sesuai dengan laporan yang diberikan
Praktikum : untuk praktikum faktor
edafik ini menurut saya sangat tidak efisien karena kita tidak mengerti apa
saja spesimen yang ditemukan karena data harus meminta kepada kelompok lain dan
dalam pengambilan sampel tanahpun kita juga tidak mengerti mekanisme yang
jelas.
Daftar
Pustaka
Anas. 1989. Ilmu Tanah.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi
Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kuswandi. 1993. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah
dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Sarief. 1979. Ilmu Tanah Umum.
Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Bandung.
Soepardi. 1979. Sifat Dan Ciri
Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Komentar
Posting Komentar