Diversifikasi Pangan Indonesia



          Upaya diversifikasi sudah dirintas sejak dasawarsa 60-an, namun sampai saat ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pola pangan lokal seperti jagung dan ubikayu telah ditinggalkan, berubah ke pola beras dan pola mie. Kualitas pangan juga masih rendah, kurang beragam, masih didominasi pangan sumber karbohidrat terutama dari padi-padian. Konsep yang dapat saya usulkkan adalah penerapan kebijakan pemerintah, karena selama ini pemerintah belum menetapkan kebijakan secara tegas, seperti pemerintah Korea Selatan yang sudah mewajibkan satu hari tanpa beras dalam seminggu. Mencermati fenomena global di bidang pangan, maka budaya mengkonsumsi jenis makanan impor perlu diperbaiki melalui berbagai kampanye dan promosi. Jepang sebagai negara besar dan maju pun sudah mulai berfikir untuk merubah pola konsumsipangannya, dengan tidak menggantungkan pangan impor (gandum dan daging) ke arah konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Oleh sebab itu, Indonesia sebagai negara berkembang dengan penduduk yang banyak harus mulai melakukan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, dengan menetapkan satu hari tanpa nasi sebagai permulaan diversifikasi lalu mengganti nasi dengan sorgum atau ubi jalar

1. Sorgum, Sumber Bahan Pangan Alternatif
            Saat ini,Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan. Namun, sorgum (sejenis tanaman jagung-jagungan) bisa menjadi salah satu sumber pangan alternatif. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, budi daya sorgum pun relatif mudah.Mungkin, tidak banyak orang yang mengenal sorgum sebagai bahan pangan. Sebab, hanya sebagian masyarakat tertentu di Indonesia yang mengonsumsi bahan pangan yang konon aslinya dari Afrika itu.Sorgum atau dalam bahasa daerah disebut cantel atau canthel ini sudah dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Atom dan Nuklir Nasional (P3TIR-Batan).Sorgum memang belum terlalu familier bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun, melihat ketahanannya terhadap panas bahkan tetap mampu menghasilkan panen yang melimpah meski di lahan kering, sorgum bisa menjadi sumber pangan potensial.Terutama jika melihat kandungan proteinnya yang lebih tinggi jika dibandingkan padi.
            Sebagai perbandingan, kandungan protein pada sorgum per 100 gram mengandung kalori 332 dan protein 11,0, sedangkan 100 gram padi hanya mengandung protein 6,8 dan kalori 360. Kini dengan teknologi radiasi nuklir, Batan sudah mengembangkan benih sorgum potensial dengan hasil melimpah dan siap untuk ditanam petani. Benih sorgum itu tahan panas maupun air. Dengan usia tanam lebih pendek dibandingkan sorgum biasa. Pengembangan sorgum itu bisa menjadi salah satu alternatif sumber pangan Indonesia yang potensial. Sebab, Indonesia saat ini terancam krisis pangan akibat produksi pangan dalam negeri yang tidak mampu mengimbangi kebutuhan pangan masyarakat.
Selain itu Tanaman yang memiliki jumlah spesies lebih dari 30 jenis dan hibrida dua spesies itu bisa dipanen hingga tiga kali dalam sekali tanam., sorgum memang sangat menguntungkan. Selain itu, biji dari tanaman mirip jagung itu bisa dimanfaatkan sebagai campuran tepung gandum. Batangnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi layaknya batang jagung.
            Sorgum biasanya dijadikan penganan atau makanan pokok pengganti beras di beberapa daerah. Biasanya, sorgum itu disajikan dengan direbus layaknya nasi, kemudian dicampur kelapa muda. Sementara itu, di sela-sela tanaman padi, sorgum itu bisa ditanam.Namun, tujuan utamanya memang untuk memanfaatkan lahan-lahan tidak produktif dan kering di Indonesia Berarti, sorgum bisa dimanfaatkan untuk substitusi gandum.Pertama-tama, secara perlahan, sorgum dicampur biji gandum terlebih dahulu. Setelah masyarakat terbiasa, baru tepung biji sorgum murni bisa diperkenalkan kepada masyarakat..Selain sorgum biasa, Batan juga mengembangkan sorgum manis yang kandungan gulanya sangat tinggi.Jenis tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif bioetanol, selain tetes tebu dan singkong. Tanaman jenis ini memang multifungsi dan tidak merepotkan.
Dengan masa tanam lebih pendek dibandingkan padi namun panen melimpah. Lokasi penanaman sorgum, di antaranya Citayam-Bogor, GunungKidul-Yogyakarta,Ciwedey-Bandung.

2. Ubi jalar sebagai diversifikasi produk Pangan
            Kita terlena untuk banyak mengonsumsi berbagai residual goods, yaitu produk-produk kelebihan dari berbagai negara dengan harga murah yang justru mematikan industri dalam negeri sendiri. Makanan pokok untuk masyarakat idealnya bersumber dari bahan baku lokal, agar biaya transportasinya dapat ditekan. Saat ini, masyarakat Indonesia yang hidup di daerah tropis dimana gandum sulit bisa tumbuh, menjadi pemakan mie dari gandum terbesar setelah RRC. Sebenarnya begitu banyak jenis umbi-umbian lainnya selain gandum yang bisa tumbuh dengan baik di Indonesia dan bisa menjadi alternatif menuju ketahanan pangan.
Ubijalar merupakan salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan. Pilihan untuk mensosialisasikan ubi jalar, bukan pilihan tanpa alasan, berikut kelebihaan dan potensi ubi jalar :
(1) Sesuai dengan agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia, ubi jalar juga.
(2) Mempunyai produktivitas yang tinggi, sehingga menguntungkan untuk diusahakan. Alasan lainnya adalah.
(3) Mengandung zat gizi yang berpengaruh positif pada kesehatan (prebiotik, serat makanan dan antioksidan).
(4) Potensi penggunaannya cukup luas dan cocok untuk program diversifikasi pangan.
            Produktivitas ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan beras maupun ubi kayu. Ubi jalar dengan masa panen 4 bulan dapat berproduksi lebih dari 30 ton/ha, tergantung dari bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya. Walaupun saat ini rata-rata produktivitas ubi jalar nasional baru mencapai 12 ton/ ha. Tetapi masih lebih besar, jika kita bandingkan dengan produktivitas gabah kurang lebih 4.5 ton/ha atau ubi kayu kurang lebih 8 ton/ha, padahal masa panen lebih lama dari masa panen ubi jalar. Penelitian mengenai ubi jalar pun kini semakin banyak dan berkembang, karena mempunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi Low Glycemix Index .
            Negara-negara maju telah lama memanfaatkan ubi jalar sebagai produk olahan bernilai gizi tinggi dan secara ekonomis memiliki peluang pasar yang besar. Pendirian industri yang menggunakan bahan baku dasar ubi jalar, akan menjadi peluang yang cukup baik bagi dunia usaha di Indonesia. Selain mendukung dan mensukseskan program diversifikasi pangan, juga mendatangkan keuntungan bagi pelakunya, serta membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitarnya. Diperlukan sosialisasi yang terus menerus dan kerjasama yang baik antara semua pihak untuk mengembangkan pangan dari ubi jalar ini. Pemerintah harus berani membuat kebijakan yang mendukung percepatan program ini, seperti contohnya Korea Selatan. Selain memberikan berbagai subsidi dan mengeluarkan kebijakan proteksi, Pemerintah Korea Selatan juga mewajibkan sehari tanpa beras dalam seminggu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum DPT Edafik

Agroekoteknologi

Tugas Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman